Kamis, 12 September 2013

GERAKAN MAHASISWA..!!!


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Gerakan mahasiswa tumbuh subur ketika lembaga-lembaga politik yang ada tidak mampu memainkan fungsi dan perannya secara optimal. Partai-partai politik, pihak eksekutif, legislative, yudikatif dan lain-lain di Indonesia belum mampu menjalankan tugasnya secara maksimal sehingga proses-proses politik meluber ke jalanan. Pada saat transisi demokrasi yang disertai kemandulan lembaga-lembaga politik yang ada, masyarakat membutuhkan penyalur aspirasi dan kepentingan masyarakat. Harapan masyarakat biasanya tertumpu pada lembaga akademis (kampus) yang masih dianggap steril dan objektif dalam memandang masalah. Harapan masyarakat ini bisa dijawab oleh mahasiswa yang mampu memainkan peran penyalur aspirasi ini secara optimal ketika gerakannya terorganisir secara rapi dan masif. Mahasiswa merupakan bagian integral dari perguruan tinggi yang dikenal sebagai simbol intelektualitas, maka pengabdian kepada masyarakat sesua ikompetensi intelektualnya merupakan tanggungjawabnya secara moral dan secara intelektual.
Gerakan mahasiswa juga pada hakikatnya adalah gerakan intelektual karena intelektualitas merupakan ciri khas yang sesuai dalam diri mahasiswa sebagai kelas menengah terdidik.[1] Oleh karena itu pergerakan mahasiswa dituntu tuntuk mampu menunjukkan kadar intelektualnya. Gerakan mahasiswa harus menjadi gerakan ilmiah yang dibangun diatas basis rasionalitas yang tangguh. Gerakan mahasiswa bukanlah gerakan emosional yang dibangun diatas romantisme sejarah masa lalu sekaligus sarana penyaluran agresi gejolak muda. Partisipasi mahasiswa dalam gerakan merupakan respon spontan atas situasi sosial yang tidak sehat, bukan atas ideologi tertentu, melainkan atas nilai-nilai yang ideal. Gerakan mahasiswa bersifat independen dari kelompok kepentingan tertentu,tetapi tidak menutup kemungkinan ada langkah bersama, ini bisa terjadi lantaran sifat gerakan mahasiswa itu sendiri yang merupakan penyalur aspirasi rakyat dan gerakan moral. Dalam perjuangannya gerakan mahasiswa hari ini dituntut untuk mampu mengembangkan jejaring dengan elemen manapun sebagai bagian dari membangun gerakan yang berguna untuk kepentingan masyarakat.

1.2.Rumusan masalah
Ø  Apakah arti dari gerakan mahasiswa?
Ø  Bagaiman pergerakan mahasiswa di era reformasi seperti dewasa ini?

1.3.Tujuan penulisan
Ø  Mengetahui apa yang dimaksud dengan gerakan mahasiswa.
Ø  Mengetahui pergerakan mahasiswa di era reformasi seperti dewasa ini.



BAB II
PEMBAHASAN

Demokrasi berasal dari kara demos dan kratos/katein yang berarti sistem pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.[2] Dalam sejarah panjang pemerintahan Indonesia selalu mengalami pasang surut dalam tatanan demokrasi mulai dari pemerintahan orde lama, orde baru, dan kini orde reformasi. Dalam perubahan tatanan demokrasi di Indonesia selalu diwarnai dengan derap perjuangan pelajar dan mahasiswa. Pemuda, pelajar, dan mahasiswa secara naluri selalu menjadi agen pengontrol (agent of control) dan agen perubahan (agent of change) demokrasi yang mewarnai percaturan politik di Indonesia. Karena pentingnya peran mahasiswa dalam mengontrol demokrasi di Indonesia, tidak mengherankan jika dahulu pemerintah orde baru berupaya menekan pergerakan mahasiswa yang selalu mengkritisi pemerintah melalui berbagai usaha yang pada intinya membatasi pergerakan mahasiswa dalam bidang politik dan memposisikan pelajar dan mahasiswa duduk manis dalam organisasi intra kampus dengan peraturan yang dibuat oleh pemerintah. Namun hal itu hanya bertahan dalam era orde baru hingga tahun 1998.
Di bawah kuasa tirani
Kususuri garis jalan ini
Berjuta kali turun aksi
Bagiku satu langkah pasti



Sebuah syair perjuangan yang kita nyanyikan dengan lantang untuk mengobarkan semangat para mahasiswa terutama sewaktu turun aksi ke jalan. Hampir semua elemen gerakan mahasiswa menggunakan syair tersebut. Ini menunjukkkan bahwa semua elemen gerakan mahasiswa baik itu ekstra kampus dan intra kampus memiliki totalitas perjuang yang sama. Mahasiswa dengan segala potensinya selalu berusaha memberikan sumbangsih pikiran dan tenaganya untuk memberikan kontribusi terhadap persoalan yang sedang dihadapi oleh bangsa. Dalam aksinya ketika turun ke jalan mahasiswa selalu mengatasnamakan kepentingan rakyat untuk menentang berbagai kebujakan yang keluarkan pemerintah yang dianggap merugikan rakyat secara umum. Aksi (turun ke jalan) bukanlah satu-satunya jalan untuk menentang kebijakan pemerintah yang diangap melenceng, tapi ini hanyalah salah satu alternative karena mahasiswa merasa merupakan bagian dari masyarakat.
            Ada fenomena yang menarik ketika kita melihat berbagi aksi turun ke jalan yang dilakukan oleh gerakan-gerakan mahasiswa yang semuanya mengaku sebagai pembela kepentingan rakyat. Maraknya demonstrasi ini tentu tidak telepas dari tumbangnya rezim orde baru dan dalam peristiwa tersebut mahasiswa turun ke jalan demonstrasi besar-besaran yang dibantu oleh masyarakat yang kemudian kita kenal dengan reformasi, karena memang aksi turun ke jalan merupakan cara yang paling ampuh pada saai itu membuat isu bersama dan memberikan informasi kepada seluruh masyarakat Indonesia bahwa bangsa ini harus melakukan perubahan sehingga masyarakat juga merasa harus ikut berpartisipasi dalam perubahan tersebut. Reformasi inilah yang seakan membuka kran demokrasi di Indonesia sehingga arus perubahan yang dulu tersumbat oleh kebijakan pemerintah yang otoriter kini mengalir dengan deras, rakyat telah bebas memberikan pendapatnya, mahasiswa sudah bisa bersuara lantang menentang kebijakan pemeintah. Arus perubahan dan kebebasan inilah yang semakin memperkuat harga jual rakyat terutama mahasiswa dalam pandangan pemerintah. Sering orang mengatakan kalau mahasiswa takut sama dosen, dosen takut kepada dekan, dekan takut kepada rektor, rektor takut sama presiden dan presiden takut kepada mahasiswa.
            Namun dalam realitanya yang terjadi tidak selamanya sesuai dengan yang diperkirakan, arus demokrasi tersebut mengalir terlalu deras tanpa ada pembatas atau hambatan sehingga tidak dapat diarahkan menuju agenda reformasi yang telah dicita-citakan, bahkan sudah lari dari agenda tersebut. Motor dari reformasi ini adalah mahasiswa, tetapi apabila kita kaji kembali sedikit ke belakang bahwa dalam demontsrasi yang dimotori oleh mahasiswa ternyata mendapat bantuan dari berbagai elemen termasuk masyarakat. Jadi perjuangan reformasi merupakan perjuangan bersama oleh mahasiswa sebagai motor dan masyarakat. Dua komponen inilah yang sangat berperan dalam proses perubahan. Maka, jangan mengannggap bahwa mahasiswa adalah segala-galanya yang dapat menyelesaikan semua permasalahan yang dialami oleh bangsa tanpa bantuan dan partisipasi dari masyarakat luas. Mahasiswa hanya dapat berbicara saja (sebagai pemikir) dengan konsep-konsep yang ideal tetapi tidak akan sanggup untuk merealisasikannya tanpa bantuan atau dukungan dari lapisan masyarakat, karena memang mahasiswa disamping tugas control sosial juga harus menyelesaikan tugas akademik di kampus masing-masing. Begitu juga dengan masyarakat, mereka tidak akan mampu melakukan suatu perubahan tanpa diiringi oleh sebuah pemikiran matang dan konsep yang jelas sehingga diperlukan intelektual muda yang memiliki pemikiran segar yang mampu untuk menjadi pemikir-pemikir bagi masyarakat. Maka perubahan akan tercapai apabila kedua komponen tersebut dapat berdampingan secara harmonis.
             Mahasiswa tidak boleh terjebak dalam euforia masa lalu tentang peranan mahasiswa sebagai penggerak perubahan. Selain itu kalu kita perhatiakan secara jernih lagi bahwa ternyata masih banyak sekali aktivis mahasiswa yang dulunya memperjuangkan kepentingan rakyat namun ketika statusnya berubah dari mahasiswa menjadi seorang pejabat (birokrasi) semua idealisme tersebut hilang, karena sudah terlena dengan jabatan yang dipegang sehingga berusaha untuk selalu mempertahankan jabatan dengan menghalalkan segala cara.[3] Sebagai contoh barangkali kita bisa sama-sama melihat banyak mantan-mantan aktivis mahasiswa terjerat kasus korupsi, namun hal itu tidak bisa dihilangkan tetapi kasus ini menjadi bahan evaluasi bagi kita sebagai seorang aktivis mahasiswa kenapa hal itu bisa terjadi di kalangan aktivis. Ada yang beranggapan bahwa hal itu kembali pada diri individu masing-masing namun kenapa individu-individu tersebut bisa muncul dalam diri seorang mahasiswa yang tergabung dalam suatu pergerakan, apakah memang tidak ada control dari organisasi pergerakan tersebut kepada anggotanya terutama berkaitan dengan moral. Hal ini sebenarnya terjadi karena memang tidak suatu internalisasi dari nilai-nilai moral yang dianut oleh suatu pergerakan mahasiswa kepada anggotanya sehingga ketika sudah berbeda statusnya nilai-nilai moral tersebut hilang tak berbekas dan idealismenya sebagai mahasiswa hilang terkalahkan oleh idealisme materialistis.
            Fenomena yang terjadi seperti yang dipaparkan di atas bisa saja menghinggapi gerakan mahsiswa saat ini. Minimnya pemberian muatan ideology dalam kaderisasi sebagian gerakan mahasiswa bisa jadi menjadi titik awal untuk munculnya mahasiswa yang memiliki ideology yang mengambang atau bahkan menjadi pragmatis karena memang akan selalu tepengaruh lingkungan dimana dia berkecimpung. Ideology adalah landasan kita untuk bergerak sehingga sangat penting bagi setiap gerakan mahasiswa untuk menanamkan nilai-nilai ideology kepada setiap anggotanya sejak dini.
Gerakan mahasiswa saat ini perlu melakukan evaluasi terhadap gerakan yang telah dilakukan. Apakah memang sudah memberikan sumbangsih kebaikan atau sebaliknya menambah kesengsaraan yang saat ini telah menimpa rakyat Indonesia. Oleh karena itu mari kita sama-sama mengajak semua elemen gerakan mahasiswa untuk kembali pada gerakan murni yang ideal sehingga bisa mengembalikan citra nama baik mahasiswa yang katanya kaum intelektual muda yang memang peduli dan bisa memberikan sumbangsih pikiran dan tenaga untuk kepentingan rakyat Indonesia. Terutama dalam konteks kepeduliannya dalam merespon masalah-masalah sosial politik yang berkembang di tengah masyarakat. Berbagai persoalan yang terjadi di tengah masyarakat dengan adanya praktek-praktek ketidakadilan, ketimpangan, pembodohan, dan penindasan terhadap rakyat atas hak-hak yang dimiliki tengah terancam. Maka kehadiran gerakan mahasiswa sebagai perpanjangan aspirasi rakyat sangat dibutuhkan sebagai upaya pemberdayaan kesadaran politik rakyat dan advokasi terhadap konflik-konflik yang terjadi yang dilakukan oleh penguasa. Secara umum advokasi yang dilakukan lebih ditujukan pada upaya penguatan posisi tawar rakyat maupun tuntutan-tuntutan atas konflik yang terejadi menjadi lebih signifikan. Dalam memainkan peran yang demikian itu, motivasi gerakan mahasiswa lebih banyak mengarah pada panggilan nurani atas kepeduliannya yang mendalam terhadap kondisi masyarakatnya serta dapat berbuat lebih banyak lagi bagi perbaikan kualitas hidup anak bangsanya.
Dengan demikian, segala ragam bentuk perlawanan yang dialakukan oleh gerakan mahasiswa lebih merupakan dalam rangka melakukan koreksi atau control atas perilaku-perilaku politik penguasa yang dirasakan telah mengalami penyimpangan dan telah melanggar komitmen awalnya dalam melakukan serangkaian perubahan dalam tataran masyarakat.[4] Oleh karena itu, perannnya menjadi begitu penting dan berharga ketika itu dilakukan di tengah-tengah masyarakat yang sedang dilanda oleh persoalan-persoalan sosial politik. Saking begitu berartinya, sejarah perjalanan sebuah bangsa di dunia telah membuktikan bahwa perubahan sosial yang terjadi hampir sebagian besar dipicu dan dimotori oleh adanya gerakan perlawanan gerakan mahasiswa walaupun mendapatkan tekanan dari pemerintahan yang sedang berkuasa.
Masa studi selama di kampus merupakan sarana penempaan diri yang telah merubah pikiran, sikap dan persepsi mereka dalam meumuskan kembali masalah-masalah yang tejadi di sekitarnya. Berhentinya suatu ideologi dalam memecahkan masalah terjadi meransang mahasiswa untuk mencari alternatif ideologi lain yang secara empiris dianggap berhasil. Ketika mereka menemukan kebijakan publik yang dilansir penguasa tidak sepenuhnya sesuai dengan keinginan rakyat kebanyakan, bagi mahasiswa yang kritis dengan mata hatinya, merekan akan merasa terpanggil sehingga terangsang untuk bergerak.
Di samping gerakan mahasiswa melakukan perlawanan terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap melenceng dan merugikan rakyat banyak baik itu dengan jalur politik atau dengan cara lain, maka perlu kiranya gerakan mahasiswa untuk merubah pemikiran gerakan antara lain: pemikiran dari membaca ke menganalisa. Gerakan mahasiswa dalam melakukan gerakannya perlu sebuah konsep yang jelas sehingga apa yang dilakukan tidak mengambang dan tepat sasaran, maka dituntut untuk membaca dan memperdalam wawasan tentu tidak cukup dengan membaca dan mencari informasi tetapi semua itu harus dibarengi dengan tradisi menganalisa informasi atau persoalan dengan berfikir logis dan mendalam. Pemikiran dari teks ke kontekstual, terkadang pemahaman mahasiswa atas teks-teks yang dipelajari di kampus bersifat tekstual. Oleh karena itu, perlu adanya penyeimbangan antara pemikiran dalam memahami realitas. Kalangan mahasiswa tidak semestinya hanya memahami teks saja tetapi harus mampu melihat perubahan yang terjadi di dalam masyarakat yang cepat dari teks-teks yang dipelajari di kampus. Pemikiran mahasiswa di kampus harus bertumpu pada penyelarasan ideologis dengan ketajaman analisa terhadap persoalan-persoalan yang terjadi. Kalangan mahasiswa harus mampu membaca, mengkaji, dan berdiskusi secara logis, kritis, sistematis dan komprehensif serta mampu membedah persoalan dari berbagai aspek dan sudut pandang ilmu.[5]



BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Demokrasi berasal dari kara demos dan kratos/katein yang berarti sistem pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dalam sejarah panjang pemerintahan Indonesia selalu mengalami pasang surut dalam tatanan demokrasi mulai dari pemerintahan orde lama, orde baru, dan kini orde reformasi. Dalam perubahan tatanan demokrasi di Indonesia selalu diwarnai dengan derap perjuangan pelajar dan mahasiswa. Pemuda, pelajar, dan mahasiswa secaranaluri selalu menjadi agen pengontron (agent of control) dan agen perubahan(agent of change) demokrasi yang mewarnai percaturan politik di Indonesia.
Gerakan mahasiswa saat ini sudah saatnya untuk melakukan evaluasi terhadap gerakan yang telah dibangun. Kalau selama ini kita melakukan gerakan yang mungkin menurut kita sudah memberikan sebuah pembelaan terhadap masyarakat tetapi dalam realitanya masyarakat justru menganggap merugiakan mereka, perlu kita kaji ulang untuk mencari alternatif lain yang lebih aman dan pas kiranya agar tidak menganggu aktivis masyarakat. Sebagai contoh misalnya ketika mahasiswa mengadakan aksi turun ke jalan membawa isu ingin membela kepentingan rakyat, yang seharusnya mahasiswa mendapat support dari masyarakat, tapi yang terjadi juustru sebaliknya mereka menganggap mahasiswa telah menghambat activitas mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selama ini gerakan mahasiswa banyak terfokus pada persolan-persolan Nasional dan Internasional sehingga persolan lokal terabaikan padahal sebenarnya itu tidak kalah urgennya untuk diangkat sebagai isu bersama dan itu adalah persoalan yang langsung menyentuh rakyat, maka kedepannya gerakan mahasiswa jangan hanya terfokus pada persolan-persoalan Nasional dan Internasioanal tetapi juga harus membahas persoalan yang ada di daerah-daerah yang langsung menyentuh masyarakat. Kalau selama ini gerakan mahasiswa hanya bisa melakukan tindakan protes terhadap kebijakan pemerintah, melakukan pelawanan terhadap kebijakan yang diambil pemerintah. Kedepan sudah seharusnya gerakan mahasiswa bisa bekerja sama dengan pemerintah mencari solusi terbaik untuk mengatasi persolan-persoalan yang dialami oleh bangsa ini. Barangkali gerakan mahasiswa harus memikirkan konsep yang jelas untuk membantu pemerintah mencari solusi terhadap persolan yang ada. Keterbukaan pemerintah sangat diharapkan disini sehingga komunikasi bisa berjalan lancar dan tidak ada saling mencurigai antara gerakan mahasiswa dan pemerintah.





DAFTAR PUSTAKA

Apudin. 2005. Mahasiswa dan Masyarakat. Buletin Socius Edisi 1, Januari 2005.

Gie, Soe Hok. 2005. Catatan Seorang Demonstran. Jakarta : Pustaka LP3ES Indonesia.

Asri  Sinawang, Helena. 2008. Pendidikan Sejarah Untuk Menanamkan dan Membentuk Nasionalisme. Republika 7 Mei 2008.

Ali, As’ad Said. 2009. Negara Pancasila. Jakarta : Pustaka LP3ES Indonesia.

Adams, Cindy. 2011. Bung Karno “Penyambung Lidah Rakyat Indonesia”. Jakarta : Yayasan Bung Karno.


[1] Apudin. 2005. Mahasiswa dan Masyarakat. Buletin Socius Edisi 1, Januari 2005.
[2] Adams, Cindy. 2011. Bung Karno “Penyambung Lidah Rakyat Indonesia”. Jakarta : Yayasan Bung Karno.
[3] Gie, Soe Hok. 2005. Catatan Seorang Demonstran. Jakarta : Pustaka LP3ES Indonesia.

[4] Ali, As’ad Said. 2009. Negara Pancasila. Jakarta : Pustaka LP3ES Indonesia.
[5] Asri  Sinawang, Helena. 2008. Pendidikan Sejarah Untuk Menanamkan dan Membentuk Nasionalisme. Republika 7 Mei 2008.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar